JERAWAT
(ACNE VULGARIS)
DEFINISI
Acne vulgaris
merupakan penyakit umum, biasanya terbatas, dengan banyak factor penyebab yang
melibatkan inflamasi folikel sebaseus pada wajah dan tubuh bagian atas.
PATOFISIOLOGI
- Lesi primer, komedo, merupakan
bentukan sebagai hasil dari penyumbatan folikel losebaseus. Saluran
folikel melebar, dan produksi sel meningkat. Sebum yang bercampur dengan excess loose cells pada saluran
folikel akan membentuk sumbat keratin. Ini merupakan komedo terbuka, atau
‘blackhead’ (karena akumulasi melanin). Inflamasi atau trauma ke folikel
bias menyebabkan pembentukan komedo tertutup atau ‘whitehead’. Komedo
tertutup bisa presage lesi inflmasi.
- Jika dinding folikel rusak atau
sobek, kandungan folikel bias keluar ke dermis berupa pustule.
- Peningkatan aktivitas androgen
pada pubertas memicu pertumbuhan kelenjar sebaseus dan merangsang produksi
sebum (= minyak). Sebum terdiri dari gliserida, lilin ester, squalene, dan
kolesterol. Gliserida dirubah menjadi asam lemak bebas dan gliserolo oleh
lipase, yang diproduksi oleh Propionibacterium
acnes. Asam lemak bebas bias mengiritasi dinding folikel dan
menyebabkan peningkatan cell
turnover dan inflamasi. P. acnes
merupakan organisme anaerob setempat yang berkembang di lingkungan yang
diciptakan dari campuran sebum dan sel folikel. P. acnes akan dianggap
antigenic sehingga meningkatkan pembentukan antibody yang akan menimbulkan
respon inflamasi. Aktivasi komplemen yang dimediasi komplek imun bias
menyebabkan kebocoran vascular, degranulasi sel mast, dan kemotaksis
leukosit. Pelepasan enzim hidrolisi oleh aktivasi komplemen bias meruska
dinding folikel dan menyebabkan inflamasi yang lebih parah. P. acnes juga bias merangsang
respon imun yang dimediasi sel.
- Perubahan primer pada jerawat
adalah perubahan pada pola keratinisasi pada folikelo. Peningkatan produsi
sel keratin yang kurang menempel telah dihubungkan dengan obstruksi (=
penyempitan) folikel yang terlihat pada pembentukan komedo.
TAMPILAN KLINIK
- Jerawat ditemukan terutama di
wajah dan, sampai tingkatan yang lebih rendah, pada punggung atas, dada,
dan bahu. Lesi digolongkan terutama sebagai inflammatory atau
non-inflamatory.
- Tampilan ini bias dari bentukan
komedo ringan sampai jerawat nekrotik yang parah pada wajah, dada, dan
punggung.
- Lesi bisa butuh waktu
berbulan-bulan untuk pulih sepenuhnya, dan fibrosis yang dihubungkan
dengan pemulihan bisa menimbulkan bekas yang permanent.
DIAGNOSA
- Diagnosa didapatkan dengan
observasi lesi jerawat (seperti, komedo, pustule, papule, nodul, kista)
pada wajah, punggung, atau dada. Ditemukannya 5-10 komedo biasanya
dianggap memenuhi diangosa.
HASIL YANG
DIINGINKAN
Tujuan perawatan
adalah untuk menyembuhkan lesi dan mencegah atau memperkecil timbulnya bekas.
PERAWATAN
- Agen farmakoterapi sistemik dan
topical digolongkan pada efeknya pada patofisiologi jerawat pada Tabel
15-1. panduan perawatn oral dan topical pada Tabel 15-2 dan Tabel 15-3.
Terapi
Farmakologi Topikal
Benzoil
Peroksida
- Benzoil peroksida merupakan
perawatan efektif untuk jerawat ringan sampai sedang. Agen ini
didekomposisi di kulit oleh sistein, melepaskan radikal oksigen bebas yang
mengoksidasi protein bakteri. Terjadi peningkatan pada sloughing rate sel epitel dan
melunakkan struktur sumbat, menghasilkan aktivitas komedolitik.
- Pemberian harian 10% benzoil
peroksida selama 2 minggu bisa mengurangi leve asam lemak bebas sampai 50%
dan level P. acnes sampai 98%.
Table 15-1
Table 15-2
Table 15-3
- Efek samping termasuk kulit
kering, iritasi dan contact
dermatitis. Untuk membatasi iritasi, terapibisa dimulai dengan produk
potensi rendah (2,5%), lalu kekuatannya bisa ditingkatkan (5-10%) atau
frekuensi pemakaian ditingkatkan perlahan (tiap dua hari, tiap hari, lalu
dua kali sehari). Sedang dilakukan studi untuk menilai potensi tumorigenic
dari benzoil peroksida.
- Sediaan gel biasanya lebih poten,
sedangkan loton, krim, dan sabun memiliki potensi lebih lemah, sediaan
berbasi alcohol biasanya lebih menyebabkan kulit kering dan iritasi. Fair or moist skin biasanya lebih
sensitive, jadi pasien sebaiknya diberitahu untuk menggunakan sediaan ke
kulit kering paling tidak 30 menit setelah dicuci.
Sulfur,
Resorsinol, dan Asam Salisilat
- Sulfur, resorsinol, dan asam salisilat adalah agen
keratolitik dan antibakteri ringan. Keratolitik berarti efekpelarutan dari
semen intraseluler dari sel keratin pada stratum corneum. Kombinasi agen
ini sering dianggap sebagai sinergis.
- Keratolitik bisa kurang iritasi
dari benzl peroksida dan tretinoin, tapi bukan merupakan agen komedolitik
yang efektif.
- Kerugian termasuk bau yang ditimbulkan
oleh hydrogen sulfide pada reaksi sulfur dengan kulit, bekas coklat dari
resorsinol, dan (jarang) salisilism dari pemakaian lama asam salisilat
konsentrasi tinggi pada kulit permeasi tinggi.
Antibakteri
Topikal
- Klindamisin, eritromisin, dan tetrasiklin digunakan topical
untuk aktivitas mikroba di kulit bis amengurangi resiko toksisitas
sistemik. Klindamisin paling efektif menghambat P. acnes, tapi ini tidak bisa dihubungkan dengan respon
klinik. Eritromisin dan tetrasiklin topical bisa mengurangi jumlah asam
lemak bebas di sebum.
- Eritromisin plus seng pada sediaan topical telah dilaporkan lebih baik
secara signifikan dari tetrasiklin oral, 500 mg/hari, untuk mengurangi
tingkat keparahan jerawat dan hitung lesi papula.
- Kerugian dari agen antibakteri topical
termasuk iritasi dan nyeri. Tetrasiklin terfotooksidasi di kulit membentuk
noda kuning. Diare dan colitis pseudomembran bisa muncul pada penggunaan
klindamisin topical, tapi jarang.
Asam Azaleat
- Asam azaleat (Azalex) menghalangi
sintesis DNA pada beberapa bakteri yang dihubungan dengan acne vulgaris.
Agen ini juga bisa mempunyai sifat anti-inflamasi. Pada serangkaian studi,
agen ini secara signifikan lesi inflamasi setelah 1 bulan dan lesi
non-inlamasi setelah 2 bulan.
- Meski tidak umum, eritema ringan, rasa terbakar, dan pruritus merupakan efek samping
yang paling banyak dilaporkan.
- Karena agen ini merupakan
antibakteri, mempunyai aktivitas komedolitik, dan umumnya tidak iritan,
krim asam azaleat 20% merupakan pilihan yang efektif dan ekonomis untuk jerawat
ringan sampai sedang.
Tretinoin
- Tretinoin (asam vitamin A topical)
adalah agen komedolitik yang meningkatkan cell turnover pada dinding folikel dan menurunkan kohesivitas
dari sel, menyebabkan ekstrusi
komedo dan menghambat pembentukan komedo baru. Agen ini juga mengurangi
jumlah lapisan sel pada stratum korneum dari 14 menjadi 5. jerawat bisa
tiba-tiba banyak setelah memulai terapi, dan akan hilang setelah 8-12
minggu.
- Efek samping termasuk iritasi,
eritema, kulit terkelupas, contact dermatitis, dan peningkatan
sensitivitas terhadap paparan sinar matahari, angin, dingin, dan iritan
lain.
- Irtasi bisa ditanganidengan
mentitrasi kekuatan dan frekuensi perubahan. Dianjurkan perawatan dimulai
dengan krim 0,025% untuk jerawat ringan pada orang dengan kulit senstif
tak berminyak, gel 0,01% untuk jerawat sedang pada kulit mudah teriritasi
pada orang dengan oily complexion,
dan gel 0,025% untuk jerawat sedang pada orang dengan kulit non-sensitif
dan berminyak.
- Retin-A Micro (pembawa mikrosper
pada dasar berpori) dan Avita
(polimer pembawa cair) kurang iritasi dari produk dengan pembawa standar.
- Penggunaan concomitant agen antibakteri bisa menurunkan keratinisasi,
menginhibit P. acnes, dan
menurunkan inflamasi. Kmbinasi benzoil peroksida pada pagi hari dan tretinoin
sebelum tidur bisa meningkatkan efek dan kurang iritan dari penggunaan
tunggal.
- Pasien harus dinasihati untuk
menggunakan sediaan ke kulit kering sekitar 30 menit setelah dicuci untuk
memperkecil resiko eritema dan iritasi. Meningkatkan frekuensi perlahan
juga bisa meningkatkan toleransi.
Adapalene
- Adapalene (Differin) adalah
retinoid dengan efek anti-inflamasi dan komedolitik poten. Gel 0,1% bisa
digunakan sebagai alternative gel tretinoin 0,025%, pada pasien dengan
jerawat ringan sampai sedang dengan efek samping eritema, pruritus, rasa
terbakar, nyeri, dan terkelupas lebih sedikit. Paparan terhadap sinar
matahari sebaiknya dihindari.
Tazarotene
- Tazarotene (Tazorac) adalah
retinoid asetilenik sintetis yang dikonversi ke asam tazatazarotenat
setelah pemberian topical. Agen ini terikat pada reseptor asam asam
retinoat dan bisa merubah ekspresi gen yang terlibat pada proliferasi,
difrensiasi dan inflamasi sel.
- Gel 0,1% sedikit lebih efektif
dari gel 0,05%.
- Efek samping terkait dosis
termasuk eritema, pruritus, nyeri, dan rasa terbakar. Sediaan ini serupa
dengan geltretinoin pada efek iritan utamanya pada wajah.
Terapi Sistemik
Agen Antibakteri
Oral
- Antibiotic oral efektif dan
relative aman untuk acne inflammatory.
- Tetrasiklin (dan derivatnya), eritromisin, klindamisin, dan trimethopram-sulfametoksasol menurunkan
persentasi asam lemak bebas di lipid permukaan kulit dan menurunkan jumlah
P. acnes. Tetrasilkin juga
mengurangi jumlah keratin pada folikel sebaseus dan menginhibit
kemotaksis, fagositosis, aktivasi komplemen, dan imunitas yang dimediasi
sel.
- Minosiklin dan doksisiklin bisa efektif pada kasus yang tidakmempan terhadap
tetrasiklin Karen akelarutan lemak lebih besar dan merangsang penetrasi ke
jaringan dan folikel sebaseus.
- Kerugian penggunaan tetrasiklin termasuk interaksi
dengan produk susu, fotosensitivitas, gangguan saluran cerna, dan rentan
terhada[superinfeksi (seperti, candidiasis vagina). Kerugian minosiklin termasuk toksisitas vesiubular, lupus yang disebabkan
obat, dan hilangnya warna kulit dan gigi. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral harus diberitahu
akan kemungkinan kegagalan kntrasepsi karena penggunaan tetrasiklin.
- Eritromisin mempunyai efek serupa
dengan tetrasiklin tapi dengan profil efek samping lebih aman.
- Penggunaan Klindamisin terbatas karena diare dan resiko colitis
pseudomembran
- Trimethoprim-sulfametoksasol
sebaiknya disimpan untuk kasus yang tidak mempan dengan antibiotic lain
untuk memperkecil resiko resisten.
Kontrasepsi Oral
- Ortho Tri-Cyclen telah disetujui
FDA untuk jerawat sedang pada wanita yang tidak responsive dengan
pengobatan topical. Produk triphasic ini mengandung dosis tetap ethinyl estradiol 0,035 mg, dan
dosis norgestimate yang
meningkat, 0,180, 0,215, dan 0,250 mg. Kombinasi ini meningkatkan
globulin pengikat hormone seks (sex binding hrmone globulin, SBHG),
menyebabkan penurunan pada androgen bebas yang aktif.
Isotretinoin
- Isotretinoin (Accutane) menurunkan
produksi sebum, merubah komposisi sebum, menginhibit pertumbuhan P. acnes dalam folikel, menginhibit
inflamasi, dan merubah pola keratinisasi dalam folikel
- Agen ini diindikasikan untuk
pasien dengan nodul recalcitrant parah atau jerawat inflammatory yang
tidak merespon terapi konvensional. Banyak dermatologis juga menyarankan
tretioin oral untuk pasien dengan jerawat ringan sampai sedang yang
merespon hanya 50% setelah 6 bulan terapi konvensional.
- Setelah pemberian 16 minggu,
tingkat keberhasilan sampai 70% dan diikuti prolonged remission selama lebih dari 20 bulan.
- Efek samping sering muncul dan
terkait dosis. Sekitar 90% pasien mengalami efek mukokutaneus; paling
sering mulut, hidung dan mata
kering. Cheilitis dan desquamation kulit terjadi pada
lebih dari 80% pasien. Mukosa konjungtiva dan nasal lebih sedikit dipengaruhi. Efek sistemik
termasuk arthralghia dan otot
kaku (15%), hipertrigliseridemia (>25%). Peningkatan creatin kinase,
hiperglisemia, fotosensitivitas, tumor pseudoserebri, granulasi jaringan
yang berlebih, dan tingginya kejadian teratogenesis.
- Panduan dosis dari 0,5-2 mg/kg per
hari, tapi dosis kumulatif yang diambil selama rangkaian perawatan bisa
menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil terapi jangka panjang. Hasil optimal bniasanya didapat
dengan dosis umulatif 120-150 mg/kg.
EVALUASI HASIL
TERAPI
- Informasi menyangkut factor
teratogenik dan pentingnya
kepatuhan pengobatan harus diberitahukan kepada pasien.
- Pasien haru smengerti bahwa
keefektifan regimen terapi bisa butuh waktu 6-8 minggu dan mereka mungkin
akan mengalami munculnya jerawat yang banyak setelah memulai terapi
komedolitik.
Sumber : HandBooks Pharmacotherapy (terjemahan)
0 comments:
Post a Comment