Saturday, 3 January 2015
PARKINSON
DEFINISI
Idiopathic
Parkonsin’s disease (IPD) memiliki krateristik gejala klinis maupun hasil pemeriksaan neuropatologi yang khas, termasuk ganguan gerak/motorik dan pada beberapa kasus berupa ganguan kejiwaan/ mental.
PATOFISIOLOGI
·Aktivasi
reseptor D2 tampaknya penting untuk mediasi perbaikan klinik dan
beberapa efek samping (seperti, halusinasi).
· Degenerasi
neuron dopamin nigrostriatal menyebabkan peningkatan relatif dari aktivitas kolinergis interneuron dari striatal, yang berperan pada tremor pada IPD.
· Patogenesis
IPD tidak diketahui, tapi neurotoksin yang selektif terhadap reseptor
dopaminergik dan kerusakan selular dari oxyradicals telah dipertimbangkan.
MANIFESTASI KLINIK
· IPD muncul bertahap dan
berkembang dengan lambat. gejala klinik dirangkum pada Tabel 52-1. Simtom
awal melibatkan fungsi sensorik, tapi dengan memburuknya penyakit, satu atau lebih dari
tampilan primer klasik (seperti, tremor saat istirahat, kekakuan, bradikinesia,
perubahan postur) bisa muncul. Ciri lain termasuk micrographia, hypomimia
(berkurangnya pergerakan wajah) dan jarang berkedip, berjalan dengan menyeret
kaki, dan lamban.
Tabel
52-1
· Tremor saat istirahat adalah
tipikal dari IPD dan sering menjadi satu-satunya keluhan yang muncul.Tetapi,
hanya dua per tiga pasien IPD yang mempunyai tremor saat diagnosa, dan beberapa
tidak pernah mengalami simtom ini. Tremor paling umum muncul pada tangan,
awalnya unilateral, dan terkadang mempunyai kondisi khusus “pill-rolling”.
Tremor saat istirahat biasanya hilang dengan gerakan yang disengaja dan tidak
terjadi sewaktu tidur.
·
Kekakuan otot melibatkan
meningkatnya resistensi otot terhadap sejumlah gerakan pasif dan bisa bersifat cog-wheel. Instabilitas postural bisa
menyebabkan jatuh.
·
Berkurangnya intelektual tidak
bisa dihindari, tapi beberapa pasien mengalami kondisi yang sulit dibedakan
dari penyakit Alzheimer.
DIAGNOSA
· Kriteria diagnosa menyebutkan
paling tidak dua gejala yang muncul : (1) kekakuan otot tangan atau kaki;
(2) tremor saat istirahat (pada frekuensi 3-6 Hz dan hilang dengan gerakan yang
disengaja); (3) bradykinesia; atau (4) instabilitas postural.
· Sejumlah
kondisi lain harus dikeluarkan dari diagnosa. Parkinson yang diinduksi
pengobatan harus dikeluarkan (seperti, antipsikotik, antiemetik, atau metoclorpramide).
Kriteria diagnosa lainnya termasuk tidak terjadi gangguan neurologik lainnya
dan tingkat respon terhadap levodopa.
TARGET TERAPI
Tujuan terapi adalah memperkecil ketidak mampuan pergerakan dan efek samping
dengan tetap menjaga kualitas hidup. Keluarga dan pasien sebaiknya terlibat
dalam pengambilan kepetusan terkait pengobatan dan edukasi pasien.
TERAPI FARMAKOLOGI
· Skema
perawatan untuk IPD awal (early) dan akhir (late) ditunjukkan pada Gambar 52-1
dan 52-2
· Pada
pasien dengan simtom ringan, medikasi sering tidak diperlukan jika belum
terjadi ketidakmapuan pergerakan. Banyak pasien hanya menunjukkan tremor saat
istirahat dan pergerakannya tidak terlalu lambat, yang bisa ditangani dengan
efektif menggunakan antikolinergik atau amantadine.
· Terapi
paling efektif untuk IPD adalah penggantian neurotransmiter dopamine dengan
memberikan prekursornya,levodopa. Meski levodopa lebih efektif dari medikasi
lain yang tersedia, pertimbangan atas resiko untuk penggunaan jangka panjang
menyebabkan beberapa klinisi membatasi penggunaannya.
· Keputusan
untuk memasukkan levodopa atau agonis dopamine ditentukan oleh memburuknya
ketidakmampuan pergerakan dan medikasi alternatif yang tidak efektif dalam
mengendalikan simtom.
·
Rangkumam
medikasi yang tersedia dicantumkan pada Tabel 52-2.
Medikasi Antikolinergik
·
Antikolinergik
bisa efektif terhadap tremor dan tampilan dystonic (=kelainan tonus otot sehingga
kejang dan postur yang abnormal) pada beberapa pasien tapi sangat jarang
mempunyai efek bermanfaat untuk bradykinesia atau simtom lainnya. Agen ini bisa
digunakan sebagai monoterapi atau dengan antiparkinson lain. Agen-agen ini
sedikit berbeda satu dengan lainnya pada potensi terapi atau efek samping.
Gambar 52-1
Gambar 52-2
·
Efek
samping dari antikolinergik termasuk mulut kering, pandangan kabur, konstipasi
dan retensi urin. Efek samping lebih serius termasuk menjadi pelupa, depresi,
dan ansietas. Pasien yang mempunyai defisit kognitif dan bertambahnya usia
beresiko tinggi untuk efek sentral dari antikolinergik.
Amantadine
·
Amantadine sering efektif untuk simtom ringan, terutama
tremor. Obat ini juga mengurangi dyskinesia pada dosis yang relatif tinggi (400
mg/hari).
·
Mekanisme
aksi pastinya tidak diketahui tapi bisa melibatkan mekanisme dopaminergik atau
nondopaminergik seperti inhibisi reseptor N-methyl-d-aspartate.
·
Efek
samping termasuk sedasi, mimpi yang sangat nyata, mulut kering, depresi,
halusinasi, ansietas, pusing, psikosis, dan confusion.
Livedo reticularis (bercak difus pada kulit) merupakan efek samping yang sering
muncul tapi sifatnya reversibel.
·
Dosis
sebaiknya dikurangi pada pasien dengan disfungsi renal.
Tabel 52-2
Levodopa dan Carbidopa/Levodopa
·
Levodopa,
obat paling efektif yang tersedia, adalah prekursor dari dopamine. Agen ini melewati
sawar darah-otak, sedang dopamin tidak.
·
Ada
konsensus umum bahwa pemberian obat dimulai saat penyakit mulai mengganggu
aktivitas pasien.
·
Pada
sistem saraf pusat dan dibagian tubuh lain, levodopa dikonversi oleh L-amino acid
decarboxylase (L-AAD) menjadi dopamine. Di perifer, L-AAD bisa dihalangi dengan pemberian carbidopa,
yang tidak melewati sawar darah-otak. Sehingga carbidopa meningkatkan penetrasi
levodopa ke SSP dan mengurangi efek samping (mual, muntah, aritmia kardia,
hipertensi postural) dari metabolisme levodopa perifer menjadi dopamine.
·
Medikasi
dimulai dengan pemberian levodopa 200-300 mg/hari dalam kombinasi dengan carbidopa.
Regimen ini memberikan pengurangan ketidakmampuan pergerakan yang cukup. Dosis
maksimum levodopa adalah 800 mg/hari.
·
Sekitar
75 mg carbidopa dibutuhkan untuk mencegah efek samping perifer, tapi beberapa
pasien bisa butuh sampai 150 mg/hari. Carbidopa/levodopa paling banyak
digunakan dalam tablet 25 mg/100 mg, tapi tersedia juga sediaan 10 mg/100 mg.
Sediaan pelepasan terkendali untuk carbidopa/levodopa juga tersedia dalam 50
mg/200 mg dan 25 mg/100 mg. Jika efek samping perifer cukup kuat, tersedia
tablet carbidopa 25 mg (Lodosyn).
·
Sekitar
5-10% pasien IPD mengalami pergerakan tidak terkendali atau respon durasi
singkat dengan tiap tahun terapi levodopa yang dijalani. Komplikasi pergerakan
yang dihubungkan dengan penggunaan lama carbidopa/levidopa dan perawatannya
dicantumkan pada Tabel 52-3.
·
End-of-dose deterioration (“wearing off”) telah dihubungkan dengan peningkatan kemampuan
penyimpanan dopamine di neuron. Carbidopa/levodopa bisa diberikan lebih sering
atau sediaan lepas lambat bisa digunakan. Beberapa pasien yang menggunakan
sediaan lepas lambat membutuhkan peningkatan dosis levodopa karena penurunan
bioavalaibilitas, dan bisa diperlukan dosis carbidopa/levodopa konvensional di
pagi hari untuk absorpsi dan respon yang cepat. Agonis dopamine juga bisa
ditambahkan ke carbidopa/levodopa.
·
Monoamine
oxidase B (MAO-B) inhibitor (selegiline)
dan catechol-O-methyl-transferase (COMT) inhibitor (tolcapone dan entacapone)
memperpanjang aksi levodopa, sebagaimana dibahas lebih lanjut nanti di bab ini.
·
Fluktuasi
cepat dari keadaan motor “on” ke “off” bisa muncul pada pasien yang menggunakan
levodopa secara kronik. Penambahan agonis dopaminergik dan COMT inhibitor bisa
bermanfaat. Periode bebas obat (libur obat) tidak terbukti bermanfaat sebagai
intervensi terapi karena tidak nyaman, resikonya, dan hasil terbatas yang
terlihat pada kebanyakan pasien.
·
Dyskinesia
dan dystonia biasanya dihubungkan dengan puncak dari efek antiparkinson.
Penggunaan levodopa dosis lebih kecil dan sering, sediaan lepas lambat, atau
penambahan agonis dopamine bisa membantu.
·
Efek
samping psikiatri dari levodopa termasuk derilium, agitasi, paranoia, delusi,
dan halusinasi. Ini terutama terjadi pada pasien lebih tua dan mereka yang
mengalami dementia dan confusion. Clozapine dosis rendah bisa memperbaiki
simtom psikotik dengan tetap memperbaiki tremor dan simtom motor lainnya. Quatlapine juga aman dan efektif. Olanzapine dan risperidone bisa memperbaiki simtom psikotik tapi memperburuk
tampilan parkinson.
·
Ada
variabilitas intra- dan intersubyek bermakna pada waktu untuk mencapai puncak
konsentrasi plasma setelah levodopa oral, dan bisa lebih dari satu puncak konsentrasi
setelah dosis tunggal karena pengosongan lambung yang lambat. Makanan menunda
sedang antasid memacu pengosongan labung. Levodopa umumnya diserap di duodenum
proksimal oleh sistem transpor large neutral amino acid (LNAA) jenuh. LNAA dari
makanan bisa berkompetisi untuk situs ini dan berkompetisi dengan levodopa
untuk transpor ke otak. Waktu paruh eliminasi dari levodopa sekitar 1 jam dan
diperpanjang sampai 1,5 jam dengan carbidopa.
Tabel 52-3
·
Levodopa
sebaiknya tidak diberikan dengan MAO-A inhibitor, karena adanya resiko krisis
hipertensi, atau dengan agen antipsikotik tradisional, karena kemungkinan
antagonisme efikasi levodopa.
Selegiline
·
Selegiline (deprenyl; Eldepryl) adalah MAO-B inhibitor yang
ireversibel yang menghalangi pemecahan dopamine dan memperpanjang durasi aksi
levodopa sampai 1 jam. Dengan agen ini dosis levodopa bisa dikurangi sampai setengahnya.
· Selegiline
juga meningkatkan puncak efek levodopa dan bisa memperburuk dyskinesia atau simtom psikiatri seperti delusi dan halusinasi.
· Metabolit
selegiline adalah L-methamphetamine dan L-amphetamine. Efek samping sedikit dan termasuk
imsomnia dan gugup.
· Dari
studi untuk evaluasi sifat neuroproteksinya diperkirakan selegiline bisa
menunda kebutuhan untuk levodopa sampai sekitar 9 bulan dan mempunyai efek
simtomatik, tapi tidak ada bukti kuat bahwa agen ini bisa memperlambat
neurodegenerasi.
COMT Inhibitor
·
Tolcapone (Tasmar) dan entacapone
(Comtan) digunakan hanya bersamaan dengan carbidopa/levodopa untuk mencegah
perubahan levodopa di perifer menjadi metabolitnya 3-O-methyldopa (3OMD) sehingga memperpanjang aksi carbidopa/levodopa.
Agen-agen ini secara signifikan menurunkan waktu ”off” dan menurunakan
kebutuhan levodopa. Penggunaan MAO inhibitor nonselektif secara bersamaan
sebaiknya dihindari untuk mencegah inhibisi jalur untuk metabolisme katekolamin
normal.
·
Dosis
tolcapone awal yang dianjurkan adalah 100 mg tiga kali sehari sebagai tambahan
untuk carbidopa/levodopa. Penggunaannya dibatasi potensinya untuk disfungsi
liver; beberapa kematian telah dilaporkan. Pengawasan ketat pada fungsi hati
dibutuhkan.
·
Karena
entacapone mempunyai waktu paruh lebih singkat, 200 mg diberikan untuk tiap
dosis carbidopa/levodopa sampai delapan kali sehari. Efek samping dopaminergik
bisa muncul dan ditangani dengan mudah dengan mengurangi dosis
carbidopa/levodopa. Urine oranye-kecoklatan bisa terlihat (juga dengan
tolcapone), tapi tidak ada bukti hepatotoksisitas dari entacapone.
Agonis Dopamine
·
Turunan
ergot pergolide (Permax) dan bromocriptine (Parlodel) dan agen non-ergot
pramipexole (Mirapex) dan ropinirole (Requip) adalah agen
tambahan yang bermanfaat pada pasien dengan respon terhadap levodopa yang
menurun, dan untuk mereka dengan respon klinik terbatas karena tidak bisa
mentolerir levodopa dosis tinggi. Agen ini menurunkan frekuensi periode ”off”
dan memberikan efek levodopa-sparring.
·
Pergolide
dengan levodopa adalah serupa atau mungkin lebih berefek dengan efek samping
lebih sedikit dari bromocriptine dengan levodopa.
·
Ketika
digunakan dalam monoterapi, pergolide, pramipexole, dan Ropinirole tampaknya lebih efektid dari bromocriptine
sebaagi alternatif untuk levodopa, tapi hanya pramipexole dan ropirinole yang
disetujui untuk monoterapi.
·
Penggunaan
kombinasi levodopa dengan agonis dopamine atau monoterapi agonis dopamine
sebagai terapi awal menunjukkan penurunan resiko untuk terjadinya fluktuasi
respon. Ini menimbulkan pertanyaan apakah terapi awal IPD sebaiknya merupakan
monoterapi agonis dopamine. Karena pasien lebih muda lebih mungkin
mengembangkan fluktuasi motor karena harapan hidup yang lebih lama, agonis
dopamine bisa dipilih untuk populasi ini. Pasien lebih tua lebih mungkin
mengalami psikosis dari agonis dopamine dan mempunyai harapan hidup lebih
pendek; karenanya, carbdopa/levodopa bisa menjadi medikasi awal terpilih,
terutama jika pasien dementia.
·
Pemilihan
agonis dopamine tergantung pada ongkos dan pengalaman dokter. Dosis awal
bromocriptine yang dianjurkan adalah 1,25 mg sekali atau dua kali sehari; dosis
sebaiknya dinaikkan perlahan 1,25-2,5 mg/hari tiap minggu dan dijaga pada dosis
efektif minimum. Rerata dosis harian <30 mg bisa efektif untuk beberapa
tahun pada banyak pasien, tapi beberapa pasien membutuhkan sampai 120 mg/hari.
·
Dosis
awal pergolide yang dianjurkan adalah 0,05 mg/hari selama 2 hari, ditingkatkan
bertahap 0,1-0,15 mg/hari tiap 3 hari selama 12 hari. Jika diperlukan dosis
lebih tinggi, dosis bisa dinaikkan 0,25 mg tiap 3 hari sampai simtom hilang
atau efek samping muncul. Dosis terapi rata-rata pada kebanyakan uji klinik
adalah sekitar 3 mg/hari.
·
Pramipexole
diberikan dalam dosis awal 0,125 mg tiga kali sehari dan dinaikan tiap 5-7 hari
sejauh yang bisa ditolerir. Pada studi dosis tetap, dosis>3 mg/hari tidak
lebih efektif dari 1,5 mg/hari dan dihubungkan dengan efek samping yang lebih
sering. Agen ini terutama diekskresi di renal, dan dosis awal harus disesuaikan
pada gangguan fungsi ginjal.
·
Ropinirole
diberikan dalam dosis awal 0,25 mg tiga kali sehari dan dinaikkan 0,25 mg tiga
kali sehari tiap minggu. Agen ini dimetabolisme oleh sitokrom P450 1A2;
fluoroquinolone dan merokok bisa merubah kliren ropinirole.
·
Mual
muncul pada >50% pasien yang menggunakan agonis dopamine; muntah jarang
terjadi. Kecuali untuk hipotensi postural, efek kardiovaskular jarang muncul.
Efek SSP (seperti, confusion,
halusinasi, dan sedasi) umumnya terkait dosis dan terjadi pada satu per tiga
pasien.
TERAPI OPERASI
·
Teknik
operasi paling menjanjikan adalah deep
brain stimulation (DBS) pada globus pallidus interna (GPI) dan nukleus
subtalamik, yang menurunkan keluaran dari area ini, sehingga mengurangi input
ke talamus.
·
Thalamus
DBS dan thalactomy (penghancuran lesi focal dari talamus) bisa mengurangi
tremor.
·
Pallidotomy
(penghancuran lesi focal pada GPI) dan GPI DBS bisa membantu pada diskinesia
parah dan fluktuasi on/off tapi tidak bermanfaat untuk bradykinesia.
EVALUASI HASIL TERAPI
·
Pasien
dan orang yang merawat sebaiknya diedukasi bahwa mereka bisa ikut serta dalam
perawatan dengan merekam waktu pemberian medikasi dan durasi periode ”on” dan
”off”.
·
Simtom,
efek samping dan aktivitas keseharian haris dimonitor dan terapi harus
individual.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment