OSTEOARTRITIS
DEFINISI
- Osteoartritis
(OA) adalah kelainan umum, yang berkembang perlahan, mempengaruhi terutama
persendian diartrodial dari rangka periperal dan aksial. Dicirikan dengan
degenerasi dan hilangnya kartilage artikular berakibat pembentukan
osteofit, rasa sakit, pembatasan gerak, deformitas, dan ketidak mampuan
yang progresif. Inflamasi bisa atau tidak terjadi pada sendi yang terkena.
PATOFISIOLOGI
- Pada awal OA,
kandungan air kartilago meningkat, dan kartilago menebal tapi kurang mampu
menahan tekanan mekanik. Dengan semakin parahnya penyakit, kandungan
proteoglikan dan kartilago menurun.
- Perubahan pada
kompisisi glikosaminoglikan juga terjadi, dengan penurunan keratin sulfat
dan peningkatan rasio chondroitin 4-sulfat terhadap chondroitin 6-sulfat.
Perubahan ini bisa mempengaruhi interaksi normal kolagen-proteoglikan di
kartilago. Kandungan kolagen tampaknya tidak berubah sampai penyakit
semakin parah. Peningkatan sintesis kolagen dan perubahan pada distribusi
dan diameter fiber juga terlihat.
- Peningkatan
aktivitas metabolik dicirikan oleh peningkatan sintesis matrik yang
dikontrol oleh kondrosit mungkin merupakan respon perbaikan terhadap
kerusakan. Tetapi, ini berlanjut menjadi hilangnya proteoglikan,
mencerminkan kehilangan karena degradasi lebih cepat daripada sintesis.
- Pada jalur
intrinsik perusakan kartilago, kondrosit
sendiri mendegradasi matrik kartilago. Jalur ekstrinsik melibatkan
sinovial yang inflamasi, pannus, dan sel inflamasi.
- Efek dari
perubahan biokimia ini adalah kegagalan kartilago untuk memperbaiki
dirinya sendiri, berakibat rusaknya kartilago, perubahan struktur pada
tulang, dan rasa sakit.
- Perubahan
patologis pada kartilago dan tulang juga terjadi. Ada penebalan awal pada
katilago artikular, mencerminkan kerusakan pada jaringan kolagen dan
peningkatan kandungan air. Bisa terjadi inflamasi moderat pada jalinan
sinovial dari persendian. Fibrilasi, terbelahnya kartilage yang belum
mendapat kalsium, terjadi pada tulang yang terkena, yang bisa menyebabkan
mikro fraktur tulang subchondral. Dengan berlanjutnya penyakit, kartilago
semakin habis, sehingga tulang subchondral yang kehilangan
permukaannya menjadi padat, halus
dan bercahaya (eburnasi).
- Mikrofraktur
berakibat pada produksi kalus dan osteoid. Tulang baru (osteofit) terbentuk
pada tepi persendian, jauh dari area kerusakan kartilago. Osteofit mungkin
merupakan upaya untuk menstabilkan persendian daripada aspek destruktif
dari OA.
- Inflamasi,
seperti sinovitis, terjadi dan bisa sebagai hasil dari pelepasan mediator
inflamasi seperti prostaglandin dari chondrocytes.
CIRI KLINIK
- Di Amerika,
peluang pria dan wanita untuk terkena OA cenderung sama; faktor resiko
potensial termasuk kegemukan, penggunaan bagian tubuh yang sama berulang
dalam waktu lama, dan hereditas.
- Ciri klinik tergantung
dari durasi dan keparahan penyakit dan jumlah persendian yang terkena.
Simtom yang dominan adalah sakit setempat yang hebat terkait dengan sendi
yang terkena. Pada awal OA, sakit mengikuti aktivitas persendian dan akan
berkurang dengan istirahat. Dalam perkembangannya, sakit terjadi bahkan
pada aktivitas terkecil atau sewaktu istirahat.
- Persendian yang
paling sering terkena adalah distal dan proksimal
interpalangeal (DIP dan PIP) pada tangan, sendi carpometacarpal
(CMP) pertama, lutut, pinggul, tulang servik dan lumbar, dan sendi
metatasopalangeal pertama pada tumit.
- Sebagai tambahan
dari rasa sakit, pembatasan gerakan, kekakuan, crepitus (suara ….ketika
bergerak), dan deformitas bisa terjadi. Pasien yang ekstremitas bawahnya
terkena bisa mengalami kelemahan atau tidak stabil.
- Ketika terjadi,
kekakuan sendi biasanya berakhir dalam 30 menit. Pembesaran sendi
berhubungan dengan proliferasi tulang atau penebalan sinovium dan kapsul
persendian. Persendian yang hangat, memerah, lunak mungkin tanda dari sinovitis.
- Deformitas sendi
bisa terjadi pada tahap berikutnya sebagai akibat dari subluksasi
(bergeser sebagian), rusaknya tulang subchondral, pembentukan kista
tulang, atau kumpulan tulang yang tumbuh berlebihan.
- Pemeriksaan
fisik terhadap sendi yang terkena mengungkapkan pelunakan, crepitus, dan
kemungkinan pembesaran sendi. Nodus Heberden dan Bouchard adalah
pembesaran tulang (osteofit) pada sendi DIP dan PIP, berturutan.
DIAGNOSIS
·
Diagnosis
dari OA tergantung riwayat pasien, pemeriksaan klinik pada sendi yang terkena,
dan temuan radiologi.
·
Evaluasi
radiologi diperlukan untuk diagnosis akurat dari OA. Perubahan radiografik
sering tidak muncul pada awal OA atau OA yang ringan. Dengan perjalanan
penyakit dan kerusakan kartilago, mungkin terdapat ruang pada sendi, sklerosis
tulang subchondral, dan pembentukan osteofit tepi dan kista. Pada OA tahap
akhir, subluksasi dan deformasi bisa terlihat jelas. Osteopenia dan erosi sendi
jarang kecuali pada OA yang erosif.
·
Pemeriksaan
artroskopik sendi bisa memperkuat diagnosis atau untuk melihat tingkatan OA
pada sendi yang terkena tapi tidak terlalu diperlukan.
·
Tidak ada
kelainan klinik spesifik yang terjadi pada OA primer. Tingkat sedimentasi
eritrosit (ESR, erythrocyte sedimentation rate) bisa sedikit naik pada pasien dengan
OA erosif dengan inflamasi. Hasil tes faktor rheumatoid negatif. Analisis
cairan sinovial mengungkapkan cairan mempunyai viskositas tinggi. Cairan ini
mencerminkan leukositosis ringan (<2000 WBC/mm2) dengan sel mono nuklear yang dominan.
HASIL YANG DIINGINKAN
Tujuan utama manajemen
OA adalah : (1) mendidik pasien, keluarga, dan yang merawat; (2) mengurangi
sakit dan kekakuan; (3) menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi; (4)
perbaikan atas pembatasan gerak; dan (5) menjaga atau meningkatkan kualitas
hidup.
PERAWATAN
Terapi non Farmakologi
- Langkah pertama
ialah mendidik pasien mengenai tingkat penyakit, prognosis, dan
pengaturan. Konseling makanan untuk pasien OA kelebihan berat juga
diberikan.
- Glukosamin
adalah suplemen yang pada beberapa studi menunjukkan mengurangi tingkat
kerusakan sendi dan memperbaiki simtom pasien ketika dibandingkan dengan
plasebo. Dari meta-analisis disimpulkan bahwa kombinasi glukosamine dan
chondroitin mungkin berguna untuk OA.
- Terapi
fisik—dengan perawatan panas atau dingin dan program latihan—membantu
menjaga dan mengembalikan pergerakan sendi dan mengurangi sakit dan kejang
otot. Program latihan menggunakan teknik isometrik dirancang untuk
memperkuat otot dan memperbaiki fungsi sendi dan gerakan.
- Peralatan
pembantu dan ortotik seperti tongkat, kursi roda, braces, heel cups, dan insoles bisa digunakan selama latihan
atau aktivitas sehari-hari.
- Prosedur operasi
(seperti osteotomi, pengangkatan persendian, pemindahan osteofit,
orteoplasti sebagian atau total, fusi sendi) diberikan untuk pasien dengan
rasa sakit yang hebat dan tidak merespon terapi konvensional atau yang
menyebabkan ketidakmampuan gerak dan mempengaruhi gaya hidup.
Terapi Farmakologi
Prinsip Umum
- Terapi obat pada
OA bertujuan untuk mengurangi sakit. Karena OA sering terjadi pada manula
yang mempunyai kondisi medis lainnya, diperlukan pendekatan konservatif
terhadap perawatan dengan obat.
- Diperlukan suatu
pendekatan individual untuk perawatan (Gambar 2-1). Untuk sakit ringan
sampai sedang, analgesik oral atau topikal bisa digunakan. Jika pendekatan
ini gagal atau ada inflamasi, NSAID bisa berguna. Terapi non-obat yang
sesuai sebaiknya dilanjutkan ketika terapi obat dimulai.
Analgesik
Asetaminofen
- Asetaminofen
adalah pilihan untuk oral analgesik dengan dosis 325-650 mg empat kali
sehari (dosis maksimum 4g/hari). American College of Rheumatology (ACR)
menyarankan asetaminofen sebagai terapi pertama untuk pengatasan rasa
sakit pada OA. Pengurangan rasa sakit ringan sampai sedang pada OA
diperlihatkan oleh asetaminofen (2,6-4 g/hari) jika dibandingkan dengan
aspirin (650 mg empat kali sehari), ibuprofen (1200 atau 2400 mg sehari),
naproxen (750 mg sehari), dan NSAID lain. Tetapi, beberapa studi
melaporkan pengurangan rasa sakit yang lebih baik dengan NSAID, terutama untuk
rasa sakit OA yang hebat.
- Asetaminofen
biasanya bisa ditolerir oleh pasien, tapi berpotensi fatal untuk
hepatotoksisitas jika overdosis. Asetaminofen harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan penyakit liver dan dihindari pada penyalah
guna alkohol kronik. Toksisitas ginjal lebih jarang terjadi daripada
NSAID.
Salisilat
- Aspirin dengan
dosis 325-650 mg empat kali sehari juga memberikan analgesia; dosis paling
tidak 3,6 mg/hari perlu untuk mendapatkan aktivitas anti-inflamasi.
Sejumlah produk salisilat asetilasi dan non-asetilasi tersedia (Tabel 2-1)
- Salisilat bisa
menyebabkan efek samping pada saluran cerna dari ketidak nyamanan ringan
sampai ulser lambung dengan komplikasi yang parah. Untuk mengurangi efek
samping pada saluran cerna, salisilat bisa diberikan dengan makanan atau
susu. Produk salut enterik bisa mengurangi cedera mukosa lambung.
Salisilat non-asetilasi juga memberikan iritasi saluran cerna yang lebih
kecil, kemungkinan perdarahan yang lebih kecil, dan tidak menyebabkan
agregasi platelet, tapi lebih mahal. Aspirin bisa menimbulkan reaksi
hipersensitifitas, kelainan fungsi ginjal, dan peningkatan serum
transaminase.
Gambar 2-1
Tabel 2-1
Capsaicin
- Capsaicin,
ekstrak dari cabe merah yang menyebabkan pelepasan dan menghabiskan semua
substansi P dari serat saraf, telah terbukti bermanfaat untuk mengurangi
rasa sakit pada OA ketika diberikan topikal pada sendi yang sakit.
Capsaicin bisa digunakan tunggal atau kombinasi dengan analgesik oral atau
NSAID.
- Untuk bisa
efektif, capsaicin harus digunakan teratur, dan mungkin butuh beberapa
minggu untuk bisa bekerja. Capsaicin sangat ditolerir, tapi beberapa
pasien mengalami rasa terbakar sementara pada tempat penggunaan. Pasien
harus diperingatkan untuk tidak mengoleskan di mata atau mulut dan mencuci
tangan setelah mengoleskan.
- Penggunaan
disarankan empat kali sehari, tapi menurunkan penggunaan menjadi dua kali
sehari bisa memperbaiki penggunaan jangka panjang dengan pengurangan rasa
sakit yang cukup.
Analgesik Lain
- Tremadol dan
opioid seperti kodein sering diberikan kepada pasien yang gagal pada
terapi tunggal atau kombinasi analgesik, sediaan topikal, atau NSAID.
Propoksifen tidak lebih efektif dari analgesik yang lebih aman.
- Tramadol atau
agent narkotik sebaiknya digunakan jangka pendek untuk rasa sakit yang
hebat. Idealnya, jumlah yang diresepkan terbatas, dengan hanya satu atau
dua kali pengulangan resep, untuk mengurangi potensi penyalahgunaan.
NSAID
- NSAID mempunyai
sifat analgesik pada dosis kecil dan anti
inflamasi pada dosis lebih tinggi. Efek analgesik dimulai pada jam
ke-1 atau ke-2, sedang efek anti inflamasi muncul setelah 2 atau 3 minggu.
Semua NSAID terbukti efektif pada pengurangan rasa sakit dan inflamasi
pada OA (Tabel 2-1), meski pasien individual bisa merespon berbeda.
- Ada bukti bahwa
siklooksigenase-2 (COX-2)selektif inhibitor (seperti celecoxib, rofecoxib)
mengurangi rasa sakit pada banyak pasien OA dengan resiko untuk efek
samping yang lebih kecil daripada NSAID non-spesifik.
- NSAID biasanya
diberikan setelah terapi dengan asetaminofen atau aspirin terbukti tidak
efektif atau tidak bisa ditolerir atau pada pasien dengan inflamasi.
- Pemilihan NSAID
tergantung pengalaman pemberi resep, biaya pengobatan, pilihan pasien,
atau toksisitas. Semua NSAID sama efektif dengan aspirin tapi efek samping
saluran cerna lebih kecil, tapi beberapa produk lebih mahal.
- Pasien bisa
merespon dengan baik terhadap obat pada grup kimia tertentu tapi tidak
sama sekali pada obat lain dalam grup yang sama. Ujicoba dengan waktu (2-3
minggu) dan dosis (anti inflamasi atau analgesik) yang sesuai perlu
dilakukan. Jika uji pertama gagal, NSAID lain pada grup kimia yang sama
atau berbeda bisa dicoba. Proses ini bisa diulangi sampai agen yang
efektif didapatkan.
- Kombinasi NSAID
dengan NSAID lain atau aspirin meningkatkan efek samping tanpa memberikan
efek yang bermanfaat.
- Keluhan saluran
cerna adalah efek samping paling umum pada NSAID. Keluhan ringan seperti
nausea, dispepsia, anoreksia, rasa sakit pada abdominal, flatulen (perut
kembung) dan diare terjadi pada 10-60 % pasien. NSAID sebaiknya diberikan
bersama makanan atau susu, kecuali untuk produk salut enterik (susu atau
antasid bisa menghancurkan salut enterik dan menyebabkan simtom saluran
cerna pada beberapa pasien).
- Semua NSAID
berpotensi menyebabkan ulser saluran cerna dan perdarahan melalui
mekanisme langsung (topikal) atau tidak langsung (sistemika). Faktor
resiko untuk ulser terkait NSAID dan komplikasi ulser (perforasi,
obstruksi lambung, perdarahan saluran cerna) termasuk usia di atas 65
tahun, kondisi medis yang rentan (seperti penyakit kardio vaskuler),
terapi kortikosteroid atau anti koagulan, dan riwayat penyakit peptik
ulser atau perdarahan saluran cerna atas.
- Untuk pasien OA
yang membutuhkan NSAID tapi beresiko tinggi untuk komplikasi saluran
cerna, rekomendasi ACR termasuk COX-2 selektif inhibitor atau NSAID
non-spesifik dengan kombinasi inhibitor pompa proton atau misoprostol.
- NSAID bisa
menyebabkan komplikasi ginjal, hepatitis, reaksi hipersensitivtas, kulit
kemerahan dan keluhan sistem saraf pusat seperti mengantuk, pusing, sakit
kepala, depresi, bingung, dan tinitus (kuping berdenging). Semua NSAID
non-spesifik menginhibit produksi tromboksan yang tergantung-COX-1 pada
platelet. Sehingga meningkatkan resiko perdarahan. NSAID sebaiknya
dihindari pada akhir kehamilan karena resiko prematur penutupan ductus
aretriousus.
- Interaksi obat
paling serius termasuk penggunaan NSAID dengan litium, warfarin,
hipoglikemi oral, methotrexate, anti hipertensi, angiotensin converting
enzyme (ACE) inhibitor, β bloker, dan diuretik.
Glukokotikoid
- Terapi
glukokortikoid sistemik tidak disarankan pada OA, karena manfaatnya yang
kurang dan efek samping dalam penggunaan lama.
- Intra articular
glucocaoticoid (IAG) bisa mengurangi rasa sakit jika terjadi inflamasi
lokal atau effusi (keluarnya cairan) sendi, tapi manfaat jangka panjangnya
masih kontroversi. Jika digunakan, IAG harus diberikan jarang dengan
interval 4-6 bulan untuk sendi terkena dan tidak lebih dari 3-4 injeksi
per tahun. Setelah injeksi, pasien harus mengurangi aktivitas sendi
tersebut untuk beberapa hari. Injeksi ke ligamen atau area pericapsular
bisa bermanfaat dan resikonya lebih kecil daripada pemberian secara IAG.
Injeksi Hyaluronat
- Asam hyaluronat
membantu dalam rekosntruksi cairan sinovial, meningkatkan elastisitasnya
sementara dan memperbaiki fungsi sendi. Tetapi, efek ini terbatas dan
cepat hilang.
- Dua agen
intra-articular mengandung asam hyaluronat tersedia untuk perawatan rasa
sakit terkait OA pada lutut: natrium hyaluronat (Hyalgan) dan hylan G-F 20
(Synvisc). Siklus perawatan berupa injeksi intra articular 2 ml ke lutut sekali seminggu selama 3 minggu
(hylan G-F 20) atau 5 minggu (natrium hyaluronat).
- Produk ini bisa
bermanfaat untuk mereka yang tidak merespon terhadap terapi lain, tapi
studi lebih jauh dan penggunaan klinik dibutuhkan untuk menentukan tempat
mereka pada terapi. Agen ini mahal karena perawatan termasuk obat dan
biaya pemberian.
- Injeksi sangat
ditolerir, tapi bisa ada rasa sakit karena injeksi dan reaksi kulit lokal
(kemerahan, ecchymoses, atau pruritus/gatal).
EVALUASI HASIL TERAPI
- Untuk memonitor
efek, bisa dibuat garis dasar (baseline) untuk rasa sakit dengan visual
analog scale (VAS), rentang gerakan untuk sendi yang sakit bisa ditaksir
dengan fleksi, ekstensi, abduksi, atau adduksi.
- Tergantung sendi
yang terkena, pengukuran kekuatan
menggenggam dan waktu berjalan untuk 50 kaki bisa membantu menaksir OA
pada tangan dan pinggul/lutut.
- Baseline
radiograf bisa merekam tingkat keterlibatan sendi dan bisa diulangi ketika
simtom memburuk.
- Pengukuran lain
termasuk penaksiran umum oleh dokter atas dasar riwayat pasien tentang
aktivitas dan pembatasan oleh OA dan juga dokumen penggunaan NSAID.
- Harus ditanyakan
pada pasien apakah mereka mengalami efek samping dari pengobatan. Mereka
harus dimonitor untuk semua tanda efek terkait-obat, seperti kulit
kemerahan, sakit kepala, mengantuk, bertambahnya berat, atau perubahan
tekanan darah dari NSAID.
- Penentuan
baseline serum kreatinin, tampilan hematologi, dan serum transaminase
berguna untuk mengidentifikasi toksisitas spesifik terhadap ginjal, liver,
saluran cerna, atau sumsum tulang.
0 comments:
Post a Comment