- Tap water enema
bisa digunakan untuk mengatasi konstipasi sederhana. Pemberian 200 ml air
dengan enema pada dewasa sering memberikan hasil berupa pergerakan
intestinal dalam satu setengah jam. Soapsuds (semacam sabun???) tidak lagi
dianjurkan penggunaannya untuk enema karena bisa menyebabkan proctitis
atau colitis.
Thursday, 1 January 2015
KONSTIPASI
DEFINISI
PATOFISIOLOGI
·
Konstipasi
bukan penyakit tapi simtom dari penyakit atau kondisi tertentu.
·
Kelainan
saluran cerna (seperti, irritable bowel sindrome atau diverculitis), kelainan
metabolic (seperti, diabetes), atau kelainan endokrin (seperti hipotiroid) bisa
menyebabkan konstipasi.
·
Konstipasi
umumnya sebagai akibat dari diet rendah serat atau penggunaan obat konstipasi
seperti opiate.
·
Konstipasi
bisa terkadang bersifat psikogenik (=bersifat psikis)
Kelainan atau kondisi yang bisa menyebabkan
konstipasi adalah:
·
Kelainan
saluran cerna
Obstruksi gastroduodenal sebagai
akibat dari ulser atau kanker, Irritable bowel syndrome, Diverculitis, Hemorrhoid,
fissure anal, Ulcerative proctitis, Tumor
·
Kelainan
metabolic dan endokrin
Diabetes mellitus, Hipotiroid, Panhipopituitari,
Pheochromacytoma, Hiperkalsimea
·
Kehamilan
·
Konstipasi
neurogenik
Trauma kepala, Tumor system saraf
pusat, Stroke, Penyakit Parkinson
·
Konstipasi
psikogenik
Kelainan psikiatri, Sifat intestinal
yang lain dari biasanya
·
Konstipasi
yang disebabkan obat
Analgesic
Inhibitor
sintesis prostaglandin, Opiate
Antikolinergis
Antihistamine,
Antiparkinson (seperti, benztropine atau trihexyphenidyl), Phenothiazine, Trisyclic
antidepressant.
Antacid yang mengandung kalsium
carbonate atau aluminium hidroksida
Barium sulfat, Ca channel blocker, Clonidine
Diuretic (selain diuretic hemat
kalium),Ganglionik blocker, Preparat besi
Blocker otot (d-tubocurarine,
suksinilkoline), Polystyrene sodium sulfonate
·
Semua turunan
opiate dihubungkan dengan konstipasi, tapi tingkatan efek inhibisi intestinal
tampaknya berbeda antar agen. Opiate yang diberikan oral tanpaknya mempunyai
efek inhibisi lebih besar dari agen yang diberikan parenteral; kodein oral
telah diketahui merupakan agen antimotilitas poten.
·
Agen dengan
sifat antikolinergis menginhibit fungsi intestinal melalui aksi parasimpatik
pada inervasi (persarafan) ke banyak area di saluran cerna, terutama kolon dan
rectal. Banyak tipe obat mempunyai aksi antikolinergis, dan agen ini umum
digunakan pada pasien rumah sakit dan pasien rawat jalan.
GEJALA
· Pasien dengan
konstipasi biasanya mengeluhkan rasa tidak nyaman pada abdominal dan pembesaran
abdominal.
· Konstipasi
bisa bervariasi implikasinya dari rasa tidak nyaman minor pada dewasa sehat
sampai simtom kanker kolon atau penyakit serius lainnya.
· Dasar untuk
evaluasi dan perawatan sebaiknya memasukkan riwayat pasien dengan menanyakan
sifat dari konstipasi.
· Pasien
sebaiknya ditanyai untuk frekuensi pergerakan intestinal dan tingkat kronik
dari konstipasi. Pasien juga ditanyai mengenai diet dan regimen laksatif yang
mungkin diambil. Apakah diet pasien secara konsisten kekurangan makanan serat
tinggi dan terutama hanya makanan olahan? Laksatif atau cathartic (= laksatif
kuat) yang digunakan pasien untuk menghilangkan konstipasi?
·
Pasien
sebaiknya ditanyai mengenai pengobatan lain yang sedang diambil, dengan
perhatian pada agen yang bsia menyebabkan konstipasi.
·
Penyalahgunaan
laksatif bisa memberikan temuan yang kontradiktif, terkadang diare atau turun
berat badan. Penyalahguna laksatif bisa juga mengalami muntah, nyeri abdominal,
lassitude (= kekurangan energi, lemas), haus, edema, dan nyeri tulang (karena
osteomalacia/pelunakan tulang). Dengan perpanjangan penyalahgunaan, pasien akan
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (umumnya hipokalemia),
gastroenteropati dengan hipoalbuminemia, dan syndrome yang mirip colitis.
Penyalahguna laksatif seringkali menyangkal mereka telah menggunakan.
HASIL YANG DIINGINKAN
Tujuan utama perawatan konstipasi
adalah konstipasi dengan merubah gaya hidup (terutama diet) untuk mencegah
episode konstipasi lebih lanjut. Untuk konstipasi akut, tujuan adalah untuk
mengurangi simtom dan mengembalikan fungsi intestinal ke normal.
PERAWATAN
PENDEKATAN UMUM UNTUK PERAWATN
·
Pendekatan
umum yang dipercaya bermanfaat untuk menangani konstipasi termasuk modifiasi
diet untuk meningkatkan jumlah konsumsi serat harian, latihan fisik,
penyesuaian kebiasaan intestinal sehingga respon untuk defekasi kembali normal,
dan meningkatkan asupan cairan.
·
Jika suatu
penyakit diketahui sebagai penyebab konstipasi, bisa dilakukan usaha untuk
mengatasinya. Keganasan saluran cerna bisa dihilangkan melalui pengangkatan
dengan operasi. Gangguan metabolic dan endokrin bisa diperbaiki dengan metode
yang sesuai.
·
Potensi obat
yang menyebabkan kosntipasi sebaiknya dikenali. Untuk beberapa medikasi (seperti,
antacid), tersedia alternative yang tidak menyebabkan konstipasi. Jika tidak
ada alternative, bisa dipertimbangakn untuk mengurangi dosis. Jika pasien harus
tetap mengkonsumsi obat tersebut, maka harus diberikan perhatian lebih untuk
pencegahan konstipasi, sebagaimana akan dibahas berikut.
MODIFIKASI
DIET DAN AGEN PEMBENTUK MASSA
·
Aspek
terpenting pada terapi untuk konstipasi pada mayoritas pasien adalah modifikasi
diet untuk meningkatkan jumlah serat yang dikonsumsi. Pasien dinasihati untuk
menyertakan paling tidak 10 g serat pada diet harian mereka. Buah-buahan
sayuran, dan sereal mempunyai kandungan serat paling tinggi.
·
Uji
modifikasi diet dengan kandungan tinggi serat sebaiknya dilanjutkan sampai 1
bulan sebelum efeknya pada fungsi intestinal ditentukan.
·
Pasien harus
diberitahu bahwa bisa terjadi pembesaran abdomen dan flatus pada beberapa
minggu pertama, terutama pada konsumsi tinggi bran.
TINDAKAN
OPERASI
·
Untuk
sejumlah kecil pasien dengan keluhan konstipasi, diperlukan tindakan operasi
(seperti pengangkatan intestinal). Operasi biasanya perlu untuk kebanyakan
keganasan pada kolon dan juga obstruksi saluran cerna karena sejumlah kasus.
BIOFEEDBACK
(= penggunaan pengawasan elektronik pada fungsi
tubuh automatis normal untuk melatih sehingga didapat control voluntary
[control dari otak] dari fungssi tersebut)
·
Mayoritas
pasien dengan konstipasi terkait disfungsi lantai pelvic bisa mengambil manfaat
dari terapi biofeedback yang dipandu electromyogram.
TERAPI
FARMAKOLOGI
·
Beberapa tipe
laksatif akan dibahas pada bagian ini. Agen ini dibagi ke dalam tiga kelas: (1)
yang menyebabkan pelunakan feses dalam 1-3 hari (laksatif pembentuk massa,
docusate, dan lactulose); (2) yang menghasilkan feses lunak atau semifluid
dalam 6-12 jam (turunan diphenylmethane dan turunan anthraquinone); dan (3)
yang menyebabkan evakuasi air dalam 1-6 jam (carthatic saline, minyak jarak,
dan polyethylene glycol-larutan elektrolit lavage (lavage=membasuh kavitas pada
tubuh).
·
Rekomendasi
dosis untuk laksatif dan carthatic pada Tabel 20-1.
REKOMENDASI
·
Dasar untuk
perawatan dan pencegahan konstipasi sebaiknya termasuk agen pembentuk massa
sebagai tambahan untuk modifikasi diet yang meningkatkan serat pada diet.
·
Untuk
kebanyakan pasien rawat jalan dengan konstipasi akut, penggunaan tidak sering dari
laksatif (penggunaan setiap kurang dari beberapa minggu) dari kebanyakan produk
laksatif bisa diterima; tetapi, sebelum digunakan laksaitf/carthatic yang lebih
poten, bisa dilakukan usaha yang lebih sederhana. Misalkan, konstipasi akut
bisa dikurangi dengan penggunaan tap-water enema atau suppositoria gliserin;
jika keduanya tidak efektif, bisa digunakan sorbitol oral, diphenylmethane
dosis rendah atau turunan anthraquinone, atau laksatif saline (seperti, susu
magnesia).
Table 20-1
·
Jika
perawatan laksatif diperlukan lebih dari satu minggu, pasien bisa
direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mencoba mencari adakah
penyebab konstipasi yang membutuhkan perawatan dengan agen selain laksatif.
·
Untuk pasien
manula, atau dengan konstipasi kronik, laksatif pembentuk massa tetap menjadi
pilihan pertama perawatan, tapi penggunaan
laksatif yang lebih poten bisa dibutuhkan lebih sering. Agen yang bisa
digunakan termasuk diphenylmethane dan turunan anthraquinone, susu magnesia
(suspensi magnesium hidroksida), dan lactulose.
·
Pada pasien
rumah sakit tanpa penyakit saluran cerna, konstipasi bisa terkiat dengan
penggunaan anastesi dan/atau substan opiate. Laksatif oral atau rectal bisa
digunakan. Untuk merangsang pergerakan intestinal, tap-water enema atau supositoria
gliserin dianjurkan, atau susu magnesia.
·
Pendekatan
untuk perawatan konstipasi pada anak dan bayi sebaiknya mempertimbangkan
kelainan neurologis, metabolic, atau anatomic ketika konstipasi sulit diatasi.
Ketika tidak terkait dengan suatu
kondisi, pendekatan untuk perawatan serupa dengan untuk dewasa. Diet tinggi
serat bisa dilakukan.
Laksatif
Emolien (Docusate)
·
Agen
surfaktan ini, docusate dengan berbagai bentuk garamnya, bekerja dengan
pencampuran material larut air dan larut minyak pada saluran cerna. Agen ini
bisa meningkatkan sekresi air dan elektrolit pada intestinal kecl dan besar.
·
Produk ini
menyebabkan pelunakan feses dalam 1-3 hari.
·
Laksatif
emolien tidak efektif untuk mengatasi konstipasi tapi digunakan terutama untuk
mencegah konstipasi. Agen ini bisa berguna pada kondisi dimana menahan defekasi
sebaiknya dihindari, seperti setelah penyembuhan dari infark myocardia, dengan
penyakit perianal akut, atau setelah
operasi rectal.
·
Agen ini
tidak efektif untuk pencegahan jika factor penyebab utama (seperti, penggunaan
opiate, gangguan patologis, kurangnya fiber pada diet) tidak diatasi terlebih
dahulu.
Lubrikan
·
Minyak
mineral adalah satu-satunya laksatif lubrikan yang digunakan secara rutin dan
bekerja dengan menutupi feses sehingga lebih mudah keluar. Lubrikan menginhibit
absorpsi kolon dari air, sehingga meningkatkan berat feses dan mengurangi waktu
transit di kolon.
·
Umumnya,
efeknya pada fungsi intestinal baru terlihat setelah 2 atau 3 hari.
·
Minyak
mineral berguna pada situasi yang serupa untuk penggunaan docusate: untuk
mempertahankan feses yang lunak dan menghindari straining untuk periode relative singkat (beberapa hari sampai 2
minggu).
·
Minyak
mineral bisa diabsorbsi ke sistemik dan menyebabkan reaksi benda asing pada
jaringan limfoid. Juga, pada pasien lemah atau selalu berbaring, minyak mineral
bisa diaspirasi, menyebabkan pneumonia limfoid.
Lactulosa
dan Sorbitol
·
Lactulose
adalah disakarida yang menyebabkan efek osmotic pada kolon.
·
Lactulosa
umumnya tidak dianjurkan untuk terapi pilihan pertama untuk konstipasi karena
mahal dan tidak lebih efektif dari agen seperti susu magnesia. Penggunaannya
pada konstipasi akut dan diketahui berguna pada pasien manula.
·
Terkadang,
penggunaan lactulosa bisa menyebabkan flatulen, kram, diare, dan gangguan elektrolit.
·
Sorbitol,
suatu monosakarida, telah direkomendasikan sebagai agen utama pada perawatan
konstipasi fungsional pada pasien yang normal secara kognitif.
Turunan
Diphenylmethane
·
Dua agen yang
umum digunakan dari kelas ini adalah bisacodyl dan phenolphthalein.
·
Bisacodyl
merangsang jaringan saraf mucosal pada kolon; mekanisme kerja phenolphthalein
masih belum jelas.
·
Dosis agen
ini agar bekerja efektif variasinya besar sekali antar individu. Dosis yang
tidak berefek pada satu pasien bisa menyebabkan kram berlebihan dan evakuasi
cairan pada pasien lain.
·
Agen-agen ini
tidak direkomendasikan untuk penggunaan harian. Penggunaan yang bisa diterima
adalah dalam interval (tiap beberapa minggu) untuk merawat konstipasi atau
sebagai preparat intestinal sebelum prosedur diagnosa dimana perlu untuk
membersihkan kolon.
·
Pasien yang
mengkonsumsi laksatif yang mengandung phenolphthalein sebaiknya diberitahu
bahwa agen tersebut bisa menyebabkan urine berwarna pink.
Turunan
Anthraquinone
·
Agen dari
kelas ini adalah cascara sagrada, sennosida, dan casanthrol. Efeknya terbatas
pada kolon, dan bisa terjadi stimulasi pada pleksus Auerbach.
·
Rekomendasi
untuk penggunaan agen ini serupa dengan untuk penggunaan turunan
diphenylmethane. Pada kebanyakan kasus, penggunaan dalam interval bisa
diterima; tetapi sebaiknya didorong untuk menggunakan harian.
Carthatic
Saline
·
Carthatic
saline terdiri dari yang relative sulit diserap seperti magnesium, sulfat,
fosfat, dan citrate, yang menghasilkan kerjanya terutama dengan aksi osmotic
untuk mempertahankan cairan di saluran cerna.
·
Agen ini bisa
diberikan oral atau rectal.
·
Bisa terjadi
pergerakan intestinal setelah beberapa jam setelah dosis oral dan setelah 1 jam
atau kurang setelah dosis rectal.
·
Agen ini
sebaiknya digunakan terutama untuk evakuasi cairan akut pada intestinal, yang
diperlukan sebelum pemeriksaan untuk diagnosa, setelah keracunan, dan bersamaan
dengan anthelmintic untuk menghilangkan parasit.
·
Agen seperti
susu magnesia (suspensi 8% magnesium hidroksida) bisa digunakan misalkan tiap
beberapa minggu untuk mengatasi konstipasi pada dewasa sehat.
·
Carthatic
saline sebaiknya tidak digunakan rutin untuk mengobati konstipasi. Dengan
pemadatan fecal, preparat enema dari agen ini bisa sangat membantu.
Minyak
Jarak
·
Minyak jarak
dimetabolisme di saluran cerna menjadi senyawa aktif, asam ricinoleat, yang
merangsang proses sekresi, mengurangi absorpsi glukosa, dan merangsang
motilitas intestinal, terutama di intestinal kecil. Dengan minyak jara,
pergerakan intestinal biasanya muncul dalam 1-3 jam setelah pemberian. Karena
agen ini mempunyai aksi laksatif yang sangat kuat, sebaiknya tidak digunakan
secara rutin.
Gliserin
·
Agen ini
biasanya diberikan sebagai supositoria 3 g dan aksinya berupa aksi osmotic pada
rectum. Seperti kebanyakan agen supositoria lain, mula kerjanya biasanya kurang
dari 30 menit.
·
Gliserin
dianggap sebagai laksatif yang sangat aman, meski terkadang bisa menyebabkan
iritasi rectal. Penggunaan dalam interval bisa diterima terutama pada
anak-anak.
Polyethylene
Glycol-Electrolyte Lavage Solution
·
Polyethylene
glycol electrolyte lavage mmars (PEG-ELS) sangat mmar penggunaannya untuk
membersihkan kolon secara tuntas sebelum prosedur diagnosa atau operasi
colorectal.
·
Empat liter
cairan ini diberikan selama 3 jam untuk mendapatkan evakuasi cairan total dari
saluran cerna. Larutan ini tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin, dan
sebaiknya dihindari untuk pasien dengan obstruksi intestinal.
Agen
Lain
Sumber : HandBooks
Pharmacotherapy (terjemahan), PICTURE
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment